



Mubanan adalah seorang penduduk desa Gaprang Kanigoro Blitar yang sangat sederhana dalam kesehariannya. Sifatnya yang familiar selalu menyapa jika bertemu sanak famili dan tetangga. Beliau juga seorang yang humoris, dan suka banyol. Aktifitas sehari-hari selain di sawah dan ladang beliau juga seorang tokoh kesenian Islam di lingkunganya. Seni hadrah atau juga disebut Terbangan merupakan salah satu kegemaran beliau. Saking gemarnya beliau dengan terbangan ini, dalam kondisi sakitpun sering diabaikan dengan tetap berangkat untuk menghadiri acara tersebut.
Seorang isteri yang mendampinginya berasal dari Jombang. Siti Abidah atau Mak Abid (panggilan akrabnya) boleh dikatakan manager & Akuntan dalam keluarga Mubanan ini. Selain mengasuh anak-anaknya ia juga mengatur segala pengeluaran untuk keperluan rumah tangga bahkan sawahpun ia yang mengelola. Uang saku anak, keperluan dapur, bahkan uang rokokpun Mak Abid yang mengelola. Maklum sang bapak tahunya hanya bekerja dan bekerja. Heh..heh..heh....
Meskipun hanya petani sederhana dan penghasilan yang boleh dikata hanya cukup untuk makan saja, keluarga pak Banan dengan sekuat tenaga tetap berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan semampunya. Bahkan ada beberapa dari anaknya yang telah lulus SLTA. Ini merupakan prestasi yang cukup membanggakan mengingat rata-rata di Lingkungan tempat tinggalnya banyak yang hanya mengenyam sampai bangku SMP.
Beliau juga giat dalam memperjuangkan agama Islam. Sebagian tanah ia waqof-kan untuk didirikan sebuah musholla. Tentunya dana pembangunannya tidak dari uang pribadinya, akan tetapi swadaya masyarakat sedikit demi sedikit akhirnya terwujudlah bangunan tersebut.
Pak Banan pulang ke Rahmatulloh pada tahun 2011. Yang patut diteladani dari keluarga Pak Banan ini adalah sifat dermawan kepada siapapun. Nggak harus menunggu kaya untuk menjadi dermawan.